Mengabdi dengan Hati: Safwana dan Perjuangan Membangun Kesadaran Lingkungan di PPU

banner 468x60

TIKTAKBORNEO.COM – PENAJAM – Tidak semua orang lahir di tengah kemudahan. Namun, sebagian memilih menempuh jalan panjang agar bisa berdiri di tempat yang diimpikan. Itulah kisah Safwana, sosok sederhana yang kini menjabat sebagai Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU).
Perjalanannya bukan tentang keberuntungan, melainkan tekad, kerja keras, dan kesetiaan pada niat untuk mengabdi.

Lahir di Desa Tanjung Jariangau, Kalimantan Tengah, 6 Oktober 1967, Safwana adalah anak bungsu dari enam bersaudara, putra pasangan Halel dan Asmah yang bekerja sebagai petani. Sejak kecil, kesederhanaan dan ketekunan sudah menjadi bagian dari hidupnya.

“Orang tua saya petani, tapi saya ingin bisa bekerja di pemerintahan, mengabdi lewat jalur yang berbeda,” kenangnya.

Impian itu membawanya merantau ke Samarinda bersama ibu dan kakak keduanya untuk melanjutkan pendidikan. Dukungan keluarga, terutama sang kakak kedua, menjadi fondasi kuat dalam perjalanan pendidikannya. Ia menamatkan sekolah di SDN 1 Tanjung Jariangau (1980), SMPN 4 Samarinda (1983), dan SMEA Negeri 1 Samarinda (1986), kemudian melanjutkan kuliah di Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda jurusan Akuntansi.

Sambil menimba ilmu, Safwana bekerja sebagai tenaga honor di Dinas Perizinan Provinsi. Dari situlah langkahnya di dunia pemerintahan dimulai. Setelah beberapa kali mengikuti seleksi CPNS, pada 2001 ia resmi diterima sebagai PNS di Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Timur.

“Impian berkecimpung di pemerintahan membuat saya cukup lama menjadi honorer di Dinas PU saat itu,” ujarnya sambil tersenyum.

Tahun 2003, ia memutuskan pindah ke Kabupaten Penajam Paser Utara—yang baru saja dimekarkan. Ia bergabung sebagai staf keuangan di Sekretariat Daerah. Seiring waktu, kariernya menanjak. Ia pernah menjabat sebagai Kasubag Program dan Anggaran, lalu Kabid Pendataan dan Penetapan di Dispenda, kemudian Kabid Anggaran di BKAD, hingga dipercaya menjadi Sekretaris BPKAD dan Sekretaris Dinas PUPR.

Puncak kariernya datang ketika ia dilantik sebagai Kepala Bapenda PPU (2023) dan kemudian dipercaya memimpin Dinas Lingkungan Hidup (DLH) pada 27 Februari 2024.

Menjadi Kepala DLH tentu bukan hal mudah bagi seseorang dengan latar belakang ekonomi dan keuangan. Namun, baginya, jabatan adalah amanah yang harus dijalankan dengan sepenuh hati.

“Itu tantangan tersendiri bagi saya. Tapi ketika dipercaya memimpin DLH, saya berkomitmen untuk belajar dan memberi yang terbaik,” tegasnya.

Salah satu fokusnya adalah pengelolaan sampah dan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Safwana meyakini, menjaga kebersihan bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga tanggung jawab bersama.

“Perubahan nyata akan terjadi kalau masyarakat benar-benar sadar pentingnya mengelola sampah dengan bijak,” tuturnya.

Namun, keterbatasan sarana masih menjadi tantangan besar. Dari 16 armada pengangkut sampah, hanya 10 unit yang masih layak beroperasi.

“Itu tantangan besar bagi kami. Alhamdulillah, kerja sama dengan pihak perusahaan cukup baik, tapi fasilitas kami masih belum ideal,” katanya.

Di balik kesibukan sebagai pejabat daerah, Safwana tetap menjaga keseimbangan hidup. Setiap pagi setelah salat subuh, ia menyempatkan diri berjalan kaki untuk menenangkan pikiran dan mensyukuri kehidupan.

Baginya, kebahagiaan sejati bukan diukur dari jabatan, tetapi dari kemampuan untuk bersyukur. Ia menyelesaikan pendidikan Magister Manajemen di Universitas Mulawarman (2009) dan menyebut pendidikan sebagai “tangga yang mengubah nasib.”

“Orang tua saya luar biasa. Mereka ingin anak-anaknya hidup lebih baik dari mereka. Petani itu pekerjaan mulia, karena dari tangan mereka kita bisa makan,” ucapnya penuh haru.

Kisah hidupnya juga diwarnai duka mendalam. Ia kehilangan ayahnya ketika banjir besar menghalangi akses ke kampung halaman, sehingga tak sempat melihat sang ayah untuk terakhir kali. Beberapa tahun kemudian, ibunya wafat di Balikpapan—lagi-lagi saat ia sedang bertugas di Samarinda.

“Sedih, tentu. Tapi sebagai orang beriman, kita tidak boleh berlarut. Semua akan menuju ke sana,” ujarnya lirih.

Kini, sebagai pimpinan DLH, Safwana bertekad menumbuhkan kesadaran ekologis masyarakat PPU, sekaligus mendorong generasi muda agar tidak hanya menjadi penonton dalam geliat pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).

“Dengan hadirnya IKN, anak muda harus ambil peluang. Jangan hanya melihat, tapi ikut bergerak. Mulailah dari usaha kecil, UMKM, atau meningkatkan pendidikan agar punya daya saing,” pesannya.

Bagi Safwana, bekerja di pemerintahan bukan tentang kekuasaan, melainkan tentang memberi manfaat bagi banyak orang.

“Saya ingin bisa memberi manfaat bagi orang lain, menjadi contoh bagi staf agar bekerja dengan komitmen dan hati,” ucapnya mantap.

Dari sebuah desa kecil di Kalimantan Tengah hingga memimpin dinas di Penajam, Safwana menapaki perjalanan hidupnya dengan ketulusan dan keberanian. Ia percaya, kesuksesan bukanlah hasil keberuntungan semata, melainkan buah dari kerja keras, keikhlasan, dan pengabdian dengan hati. (*lov/ara)

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *